14 Tahun Lalu Oknum PNS Guru Pernah Cabulin Tetangga Trauma & Akhirnya Pindah Ke Padang

LUBUKLINGGAU -Kasus Predator Seksual Terhadap Anak-anak masih menyisakan Cerita Pahit Seorang gadis inisial TK (26) menyebut keterangan yang diungkapkan oknum guru Aparatur Sipil Negara (ASN) Hendri Agustian (39) bohong.

Tersangka predator anak itu mengatakan, ia mulai menjalankan aksi bejatnya sejak 2018.

“Dia bohong. Karena saya masih ingat kejadian kelam 14 tahun lalu. Kami ingat tersangka ini pernah merayu kami di gang dekat Dakado, Pasar Satelit,” ungkap TK saat diwawancara awak media Kamis (4/2/2021).

TK mengaku geram setelah melihat wajah tersangka muncul di media sosial maupun media massa. Sebab, sebenarnya ia berusaha keras melupakan kejadian itu.

Saya berusaha melupakan kejadian kelam14 tahun lalu. Tapi, waktu lihat wajah tersangka beredar di Medsos dan media massa, saya kaget. Karena meski saya sudah dewasa, saya ingat betul kejadian mengerikan saat saya masih kelas 4 SD,” ungkapnya.

Kata TK, seandainya ia bisa dipertemukan dengan tersangka Hendri Agustian, ingin rasanya TK mengungkap kembali bagaimana tersangka Hendri yang 14 tahun lalu membuat dua anak perempuan jadi korbannya.

“Saat itu, saya dan teman saya baru keluar gang mau beli voucher  Ceria. Dia menunggu di bawah pohon mangga. Lalu menghampiri kami, dengan iming-iming uang Rp30.000.

Kami diajak dia mengantar surat cinta untuk pacarnya. Karena saya anaknya aktif berbicara mungkin dia risih. Ketika dia pergi, saya benar-benar tidak ingat apa-apa.

Setelah masuk gang, saya baru sadar kawan saya kena culik tersangka ini. Akhirnya saya mengadu dengan keluarga.

Dan dicarilah kawan saya ini. Ternyata teman saya dibawa ke dekat jembatan gantung di Batu Urip. Dia ngajak teman saya ke semak-semak,” tutur TK

“Kejadian ini diberitakan di media massa. Nama korban disamarkan di koran. Kalau tidak salah disebut ‘Mawar’. Sekarang usianya sudah 26 tahun. Kasus ini dilaporkan ke polisi. Belum sampai 24 jam kasus ini terkuak.

Tapi pas penggerebekan, tersangka lari ke Jambi. Malam-malam kami dan Anggota Polisi ke rumah tersangka. Tapi nihil hasilnya. Jadi orang tuanya jadi jaminan.

Berhubung antara korban dan tersangka masih tetangga jadi damai. Orang tua tersangka mohon-mohon minta damai,” jelas TK.

Sampai sekarang tersangka maupun orang tuanya tak berani menampakkan diri. Apalagi korban yang saat itu tidak punya ibu, dan hanya punya bapak sangat trauma, dan tidak mau lagi tinggal di Lubuklinggau, hingga pindah ke Padang.

“Saya kasihan sama teman saya ini. Karena setelah kembali lihat wajah tersangka di Medsos, dia tidak mau lagi buka handphone,” jelasnya.

Menurut TK, saat kejadian itu, tersangka statusnya masih guru honorer di salah satu SMP negeri. Tersangka juga kesehariannya kadang jadi tukang ojek.

“Sampai sekarang orang tua tersangka ini malu kalau ketemu saya,” jelasnya.

TK menduga tersangka punya ilmu hitam, yang digunakannya saat merayu anak-anak. Sebab, itu sudah dirasakan TK sendiri, saat merasa tak sadarkan diri, ketika temannya diculik tersangka dibawa ke Batu Urip. (*)

error: Maaf Konten Di Proteksi