LUBUKLINGGAU – Koleksi barang sejarah di Museum Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya di Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan kini bertambah lagi dengan dipajangnya peti atau kotak tempat menyimpan granat serahan warga zaman perjuangan melawan penjajah.
Pemandu Museum Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya, Berlian Susetyo mengatakan peti tersebut dihibahkan oleh seorang warga di daerah Batu Urip. Dan barang tersebut menurut pemiliknya merupakan peninggalan orang tuanya sebagai pejuang.
“Kalau perkiraan kita, itu peninggalan sejarah. Namun masih kami lacak dan pelajari. Sebab sejauh ini cuma tahu ceritanya saja dari mulut ke mulut, jadi belum lengkap,” kata Berlian pada Sabtu, 11 Januari 2025.
Peti tersebut sambung Berlian telah diserahkan ke pihaknya pada bulan November 2024 kemarin. Dan cerita anak dari pemilik barang menurutnya, kalau peti peninggalan orang tuanya tersebut untuk tempat menyimpan granat.
“Jadi untuk perang di Jembatan Kelingi melawan Belanda. Nama kakeknya yang pejuang itu Abdul Muis,” ujarnya.
Peti tersebut memiliki panjang sekitar 70 Cm dengan tinggi 30 Cm berbahan kayu. Kemudian kata Berlian, dilihat dari bentuk fisik, pada bagian dasarnya terdapat motif atau gambar bunga.
“Cuma untuk bahan dari kayu apa, kami beli tahu kalau jenis apa. Dan kami belum bisa prediksi kalau usia peti tersebut,” jelasnya.
Kemudian, berdasarkan penelusuran pihaknya mengenai sosok Abdul Muis, diketahui datanya memang ada. Selain itu, penelusuran lainnya yakni keberadaan makam Abdul Muis diketahui memang ada dan berada di Taman Makan Pahlawan Bukit Sulap.
“Pak Abdul Muis ini pejuang kemerdekaan di daerah Lubuklinggau, pejuang Laskar,” ungkapnya.
Berlian juga menambahkan, awal mula dihibahkannya peti ini setelah pemiliknya bercerita dengan pegawai Museum yang mengatakan kalau orang tuanya adalah seorang pejuang. Dan mendengar cerita tersebut, pegawai Museum menanyakan ada tidak peninggalan sejarah orang tuanya saat zaman perang.
Hingga akhirnya sambung Berlian, pemilik peti tersebut menyerahkan peninggalan milik orang tuanya ke Museum. Namun sebelumnya, peti bersejarah tersebut sempat tidak terawat lantaran oleh pemiliknya dipakai untuk menyimpan pisang dan kondisi pengunci pintu juga sudah rusak.
“Beberapa hari kemudian kami kesana untuk melihat dan oleh pemiliknya mau dihibahkan dan kami jemput kesana. Sekarang peti sudah dipajang di ruang pameran kedua Museum,” pungkasnya.