Pemuda Negarawan dan Islam Berkemajuan, Sebuah Narasi yang Layak Diperjuangkan

Oleh : Bayu Pratama Sembiring

NAHKODA baru Pemuda Muhammadiyah telah melepaskan tali perahu di dermaga menuju pulau harapan yang tersembunyi di balik tirai fatamorgana. Setidaknya itulah yang disampaikan oleh Dzulfikar Ahmad Tawalla, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Periode 2022-2027 melalui pidato perdananya selaku Ketua Umum dalam rangkaian Muktamar Pemuda Muhammadiyah yang diselenggarakan di Balikpapan, Kalimantan Timur pada 1-4 Sya’ban 1444 H atau 21-24 Februari 2023.

Meski telah berlangsung perayaan muktamar Pemuda Muhammadiyah periode kali ini, namun semangat gerakan yang digelorakan kembali oleh Ketum terpilih tampaknya akan senantiasa berbekas di hati siapa saja yang menyaksikan pidato ide yang disampaikan Dzulfikar.

Memang banyak hal yang menarik yang dapat dibahas dalam Muktamar XVIII Tahun 2023, mulai dari perubahan sistem pemilihan, pemilihan lokasi yang berada di calon Ibukota Negara baru, sampai pidato Ketum 2017-2022, Sunanto atau yang akrab disapa Cak Nanto yang membuat gemuruh ringan dalam sambutan pembukaan muktamar.

Namun ada yang memang harus menjadi perhatian bagi kader Pemuda Muhammadiyah di seluruh dunia, yang merupakan cikal-bakal dari masa depan Pemuda Muhammadiyah, yang menjadi garis besar haluan organisasi Pemuda Muhammadiyah, dan juga yang akan menjadi style baru dalam menjalankan roda organisasi Pemuda Muhammadiyah yang mengusung gerakan Islam berkemajuan, adalah pidato Ketua Umum terpilih Dzulfikar Ahmad Tawalla yang (menurut saya) menggetarkan penutupan muktamar bahkan menggetarkan hati para pemuda yang mendengarkan pidato tersebut.

Memang tak semua melihat muktamar dengan mata kepalanya sendiri, namun kita semua sebagai kader tentu dapat merasakan masa depan yang akan melampaui zaman-zaman sebelumnya karena cinta yang tersalur di dalam dada. Bukankah juga itu yang disampaikan pesan oleh Ketum terpilih dalam pidatonya :

“Al uyuun tansa man taro, walaakinna al qolbu laa tansa man tuhibb”.
Mata akan lupa siapa yang ia lihat. Akan tetapi hati tidak akan lupa siapa yang ia cinta.

Kendati belum bisa dijadikan data lengkap tolak ukur keberhasilan masa depan Pemuda Muhammadiyah dalam menyelesaikan tantangannya, namun Pidato Ketum terpilih dapat dijadikan sebagai landasan hipotesa dan rabaan gerakan pembaharuan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Dalam pidatonya, Ketum terpilih membuka dengan nilai-nilai utama kebijaksanaan Pemuda Muhammadiyah, bahwa sejatinya, pergerakan Pemuda Muhammadiyah selalu diajarkan nilai-nilai keikhlasan dan ketulusan.

Hal ini penting untuk ditegaskan, mengingat telah banyak organisasi kepemudaan serupa telah lupa jalan perjuangannya, khittoh organisasinya. Bahwa pada gagasan awal berdirinya organisasi adalah menghibahkan jiwa dan raga untuk dapat membantu kepentingan masyarakat banyak dengan ikhlas tanpa berharap berbalas sesuatu.

Namun kini, setiap pergerakan tampaknya sudah harus ada hitung-hitungan untung ruginya, keikhlasan tak lagi menjadi landasan utama, kepentingan duniawilah yang mengkontrol semuanya. Maka dari itu, penting sekali diingatkan bahwa Pemuda Muhammadiyah selalu diajarkan keikhlasan dan ketulusan di dalam setiap nafas pergerakannya.

Muktamar memiliki arti sendiri dalam Pidato Ketum terpilih, setidaknya ada 3 arti muktamar yang disampaikan yang dapat dijadikan garis besar organisasi ini ke depannya.

Muktamar adalah al ihtifalul bil’afkhar, sebuah perayaan ide. Disetiap sudut ruang-ruang muktamar diisi oleh diskusi-diskusi yang konstruktif, perdebatan-perdebatan gagasan yang luar biasa.

Hal ini tentu saja menjadi angin segar bagi pergerakan Pemuda Muhammadiyah yang memang identik dengan pemikir dan dakwah serta pemuda intelektual, yang menurut Qusdus Sabil, dalam tulisannya berjudul “Kemunduran Muhammadiyah (IV) : Syarat Sah Dibubarkannya Pemuda Muhammadiyah” menyebutkan bahwa Pemuda Muhammadiyah telah luntur dari tradisi Intelektualitas, pemikir, serta pendakwah, yang bahkan haluan orientasi berorganisasi telah bergeser kepada kepentingan pribadi.

Apabila Al Ihtifal bil’afkhar tidak saja menjadi sesempit pengertian muktamar, namun dibawa dalam pengertian yang lebih luas yakni dalam wadah besar Pemuda Muhammadiyah, niscaya pertarungan ide, penguatan gagasan, penciptaan kaum intelektual muda akan dapat dijalankan seirama dengan garis perjuangan menuju Islam berkemajuan.

Lalu yang kedua, Muktamar sebagai Al Ihtifal bit ta’adzur, sebuah perayaan kebersamaan, bisa saja memang semua yang hadir dalam muktamar membawa misi politik masing-masing, namun tetap dengan satu jaminan, cinta terhadap pergerakan Muhammadiyah.

Apabila hal tersebut juga diterapkan bagi setiap kader Pemuda Muhammadiyah, yang menghibahkan pikiran dan gagasan dalam bingkai Pemuda Muhammadiyah, memiliki satu dasar pemikiran, bahwa di gerakan ini adalah sebuah perayaan kebersamaan, sebuah perenungan untuk mencapai cita-cita menjadi bangsa yang gotong-royong, bahu-membahu, duduk sama rendah berdiri sama tinggi, meski tak luput dari berbagai kepentingan namun hendaknya kepentingan itu tetap karena landasan cinta terhadap pergerakan Muhammadiyah.

Ketiga, Muktamar adalah Al Ihtifal binnasri, sebuah perayaan kemenangan. Kemenangan yang akan membawa dan menghidupi cita-cita serta harapan yang mulia, Islam berkemajuan.

Namun, seperti halnya yang disampaikan Ketum terpilih, Ar-Roja’ (harapan) al himmah (cita-cita) ta’lluqul qolbi bimargubin fihi ma’al akhzi fil asbab, (suatu cita-cita yang lahir dari hati, tetapi cita-cita yang tumbuh dari hati harus disertai dengan langkah pergerakan untuk mencapai itu semua), Amma ta’alluquhu bigoiril akhiz fil asbab fatoma’, (apabila cita2 itu hanya sebatas ditempat duduk kita, tanpa melakukan apa2 untuk mewujudkannya, maka dia hanya akan menjadi angan-angan belaka).

Untuk itu, dalam sebuah gerakan Pemuda Muhammadiyah, hendaklah membesarkan cita-cita, memahatnya lewat ide dan gagasan, menajamkannya lewat dakwah dan diskusi, meluaskan nya lewat ilmu dan pemuda intelektual. Jangan justru mempersempitnya dengan berharap hanya untuk keuntungan sesaat, maka cita-cita yang besar itu, niscaya akan menjadi angan-angan belaka.

Garis besar haluan perjuangan yang dihasilkan dalam Muktamar XVIII Balikpapan juga melahirkan sebuah gagasan yang dapat dijadikan alat untuk melompat mengejar ketertinggalan, yaitu Gagasan tentang Pemuda Negarawan.

Ketum Dzulfikar Ahmad Tawalla menegaskan gagasan Pemuda Negarawan harus diteguhkan, sebagai sebuah kontinuitas ide dan gagasan, maka pemuda negarawan akan diteguhkan dengan 4 pilar pemuda negarawan sebagai identitas Pemuda Muhammadiyah.

1. Meneguhkan identitas Pemuda Muhammadiyah sebagai gerakan Islam berkemajuan.

2. Meneguhkan identitas Pemuda Muhammadiyah sebagai gerakan sosial kewirausahaan (social entrepreneurship).

3. Meneguhkan identitas Pemuda Muhammadiyah sebagai gerakan ilmu.

4. Meneguhkan identitas Pemuda Muhammadiyah sebagai gerakan politik kebangsaan.

Apabila apa yang disampaikan nahkoda baru Pemuda Muhammadiyah itu dapat diresapi dan diperjuangkan dengan segenap hati, niscaya kemajuan tidak akan tertolak lagi.

Kita berbaris bergotong-royong menyongsong sebuah era baru bangsa dan negara serta agama Islam yang tidak saja menjadi alat penjamin, namun sebagai rahmatan lil alamin.

Jika menurut Qosdus Sabil, dalam tulisannya  “Kemunduran Muhammadiyah (IV) : Syarat Sah Dibubarkannya Pemuda Muhammadiyah” menyebutkan jika KETIGA PERSOALAN, yakni: 1. Adanya pergeseran tradisi perhelatan Muktamar menjadi ajang transaksional, 2. Kemudian Pemuda Muhammadiyah hanya dijadikan batu loncatan politik, 3. Serta semakin hilangnya tradisi intelektual pemikiran dan dakwah, maka syarat sah dibubarkannya Pemuda Muhammadiyah hanya tinggal menunggu waktu. Pendapat tersebut tentu haruslah ditunda dan ditunggu terlebih dahulu, pergerakan dan harapan yang dibawa kepengurusan baru tampaknya menjadi sesuatu yang bisa diletakkan di tengah harapan.

Harapan untuk masa depan Pemuda Muhammadiyah yang lebih baik tentu saat ini haruslah kita letakkan pada posisi tengah hati kita, kekhawatiran akan mundurnya gerakan Pemuda Muhammadiyah tampaknya harus dikesampingkan dahulu, meski tidak ditiadakan namun letakkan saja disudut hati yang paling pinggir.

Karena jelas, dan saya rasa kita semua sepakat, bahwa harapan akan masa depan yang lebih baik harus diletakkan pada posisi yang lebih baik pula daripada sebuah kekhawatiran akan masa depan yang menuntut perbaikan tanpa rencana yang jelas.

Saya ingin menutup tulisan ini dengan kutipan akhir pidato Ketum Pemuda Muhammadiyah Periode 2022-2027.

Bahwa di dalam setiap organisasi tanpa terkecuali Pemuda Muhammadiyah selalu akan ada kompetisi untuk menjadi yang lebih baik, dan tentu saja setiap orang bisa menjadi lebih hebat dari yang lainnya, tapi bukan untuk meniadakan yang lain, dan melumpuhkan yang lain, tetapi untuk melampaui yang lain, itulah sari pati dari gerakan fastabiqul khairat, yang kemudian diresmikan oleh Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang berkemajuan.*

Lubuklinggau, 07 Maret 2023

Penulis adalah Bendahara Pengurus Cabang Pemuda Muhammadiyah Kecamatan Lubuklinggau Utara I, Kota Lubuklinggau.

error: Maaf Konten Di Proteksi