Berita Lubuklinggau.com– Nenek Baina mengais rejeki dengan memecah batu, nenek Baina berjalan kaki 1,2 jam ke tempat Kerja dan mengharapkan bantuan pemerintah.
Kehidupan ini keras yang dijalani Baina (71) yang harus mengais rejeki dari memecah batu. Nenek Baina berusia 71 tahun yang merupakan warga Pelita Jaya, Kelurahan Lubuk Tanjung, Kecamatan Lubuklinggau Barat I.
Nenek Baina saat diwawancarai berita Lubuklinggau.com menceritakan sudah 10 tahun saya bekerja memecahkan batu ini dan untuk batu sebesar lengan, dia ambil sendiri di Sungai Kelingi. Dia kumpulkan dan mengangkutnya ke pinggir sungai. Barulah batu-batu tersebut dia pecahkan.
“Untuk memenuhui satu mobil pickup batu pecah, Nenek Baina butuh waktu 15-20 hari. Itupun kalau tubuhnya selalu fit. Tidak sakit. Tidak libur. “Kadang Rp 10ribu sehari sulit untuk didapatkan,” cetusnya.
Kadang, kata Baina, karena kebutuhan untuk makan, harus pinjam dulu uang dengan bos (toke batu), nanti bayarnya pakai batu yang sudah dipecah.
Pekerjaan keras itu terpaksa dia lalukan, demi “sesuap nasi”. Apalagi Nenek Baina tidak ada lagi yang diandalkan. Suaminya meninggal sejak 1980. artinya sudah lebih dari 40 tahun dia hidup menjada.
Dia sebenarnya punya anak. Total ada 4 orang. 2 sudah meninggal. Tinggal 2 anak yang masih hidup. Satunya laki-laki bekerja jauh di Sumatera Barat, jadi buruh kebun kopi. Satunya anak perempuan tinggal bersamanya, juga tidak ada pekerjaan tetap. Bekerja serabutan.
Perjuangan Nenek Baina, untuk sekedar bertahan hidup memang berat. Betapa tidak lokasinya rumahnya menuju tempat ia berkerja cukup jauh. Tak cukup uang untuk naik ojek menuju lokasi tempat bekerja. Dia harus berjalan kaki. Sekitar 1,5 jam barulah bisa sampai ke tempat bekerja.
Sejak subuh dia sudah mulai berangkat. Tiba di lokasi kerja, sekitar pukul 07.00 Wib. Sebelum berangkat dia menyiapkan bekal makanan, untuk makan siang. “Berangkat subuh. Pulang jam 4 sore. Jalan kaki. Kalau lagi ketemu orang baik di jalan kadang diajaknya naik motor. Kalau naik ojek tidak ada uang,” katanya.
Meski ekonominya Nenek Baina ini sangat sulit, dia mengaku tak ada satupun bantuan pemerintah yang dia dapatkan. Termasuk juga bantun bencana Covid-19. “Cul nian (tidak ada sama sekali), termasuk bantaun PKH (program keluraga harapan) jugo cul,” jawan Nenek Baina, saat ditanya terkait bantuan dari pemerintah.
Dia sebenarnya sangat berharap, ada bantuan pemerintah. Agar kehidupan ekonomi, sekedar untuk makan sehari-hari dapat terpenuhi.(*)