Oleh: Rika Amelia Pertiwi
(Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi UIN Raden Fatah Palembang)
Hutan di Indonesia biasanya dianggap sebagai salah satu paru-paru dunia, hal ini berkontribusi terhadap kelangsungan hidup spesies yang bergantung pada oksigen, termasuk manusia. Hutan merupakan sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Keduanya penting secara ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan.
Kebakaran hutan adalah kebakaran yang terjadi secara acak dan tidak diinginkan yang memakan tumbuh-tumbuhan yang mudah terbakar dan terjadi di daerah pedesaan dan perkotaan.
Sifat api yang acak menjadikannya perusak vegetasi dan hutan kita yang berharga. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami asal usul dan kemungkinan dampak kebakaran hutan. Secara spesifik, dampak dapat mempunyai peran langsung maupun tidak langsung.
Isu kebakaran hutan di Indonesia telah berkembang menjadi tantangan yang terus-menerus berperan penting dalam pelepasan gas rumah kaca. Penyebab utama kebakaran hutan ini adalah pembukaan lahan untuk perkebunan dan pertanian, serta praktik pembakaran lahan yang tidak diatur.
Gas Rumah Kaca (GRK) adalah gas yang tersimpan di atmosfer dan “menyerap” radiasi gelombang panjang (sinar infra merah); hal ini menyebabkan suhu planet meningkat. Berkurangnya luas hutan secara alamiah menyebabkan punahnya jenis-jenis spesies yang menimbulkan berbagai akibat antara lain dampak pemanasan global dan gas rumah kaca.
Emisi gas rumah kaca ke atmosfer merupakan dampak signifikan dari kebakaran hutan. Saat biomassa tanaman terbakar, ia melepaskan CO2 dan CH4, yang pada gilirannya meningkatkan konsentrasi gas-gas tersebut di atmosfer dan memperkuat efek rumah kaca.
Isu pemanasan global telah menjadi perhatian utama di era kita saat ini, sehingga menimbulkan tantangan lingkungan yang signifikan bagi umat manusia. Efek rumah kaca merupakan katalis utama pemanasan global yang diakibatkan oleh peningkatan gas rumah kaca di atmosfer bumi. Di Indonesia, terjadinya kebakaran hutan merupakan kontributor utama meningkatnya efek rumah kaca, sehingga memperburuk isu pemanasan global dalam skala yang lebih luas.
Kenaikan suhu permukaan bumi, yang dikenal sebagai pemanasan global, diakui secara luas sebagai akibat dari aktivitas manusia yang mempercepat terjadinya efek rumah kaca alami. Efek ini terjadi ketika gas-gas tertentu, termasuk karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan uap air, memerangkap panas di atmosfer, sehingga menghambat pelepasannya ke luar angkasa dan menyebabkan peningkatan suhu global.
Meskipun kebakaran hutan di Indonesia berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca dan meningkatkan pemanasan global, penting untuk mempertimbangkan konteks masalah yang lebih luas.
Kebakaran hutan tidak hanya disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pembalakan liar dan konversi lahan, tetapi juga merupakan fenomena alam yang berperan penting dalam ekosistem. Kebakaran hutan adalah bagian alami dari siklus hidup hutan dan membantu membersihkan semak-semak serta mendorong pertumbuhan baru. Faktanya, beberapa spesies tanaman bergantung pada api berkala untuk perkecambahan dan perkembangannya. Selain itu, kebakaran hutan mencegah penyebaran penyakit dan hama, yang pada akhirnya menghasilkan ekosistem hutan yang lebih sehat.
Meskipun penting untuk mengatasi penyebab kebakaran hutan yang disebabkan oleh manusia, kita juga perlu menyadari peran alam yang dimainkan oleh kebakaran dalam menjaga keseimbangan dan ketahanan ekosistem.
Dengan memandang semua kebakaran hutan sebagai sesuatu yang merugikan, kita berisiko mengabaikan dampak positif kebakaran hutan terhadap lingkungan. Penting untuk mencapai keseimbangan antara mencegah kebakaran destruktif yang disebabkan oleh aktivitas manusia dan memastikan bahwa kebakaran alam dapat memenuhi fungsi ekologisnya.
Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang lebih bernuansa dalam pengelolaan kebakaran hutan dengan mempertimbangkan interaksi kompleks antara perilaku manusia dan proses alami dalam ekosistem hutan. (*)