LUBUKLINGGAU, BLLG – Tahun baru Islam 1444 Hijriah disambut antusias oleh masyarakat Kelurahan Sumber Agung, Kecamatan Lubuklinggau Utara I, Kota Lubuklinggau. Masyarakat setempat menyambut malam yang biasa disebut dengan malam 1 Syuro itu dengan menggelar tradisi grebek suro atau yang familiar disebut sedekah bumi, Jum’at (29/07/2022).
Masyarakat Kelurahan Sumber Agung mulai memadati balai kelurahan di RT. 03, Kelurahan Sumber Agung, sejak selepas waktu Maghrib. Sesuai tradisi, masyarakat yang datang membawa ambengan (nasi beserta lauk-pauknya yang ditaruh di kotak/nampan-red.) yang disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga dalam rumah. Ambengan lalu dikumpulkan dan disatukan di tengah-tengah tempat duduk masyarakat. Biasanya disandingkan dengan sajian-sajian genduri, ingkung, dan tumpeng yang pada akhir acara akan kembali dibagi kepada masyarakat yang datang.
Ketua Pelaksana sekaligus Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Sumber Agung, Sutrisno S, menjelaskan bahwa kegiatan tersebut merupakan tradisi yang dilaksanakan di Kelurahan Sumber Agung rutin setiap tahunnya.
“Tradisi ini rutin kami laksanakan setiap tahunnya guna menyambut Tahun Baru Islam. Syukur alhamdulillah kami masih bisa diberikan kesempatan oleh Allah untuk melaksanakan tradisi ini dan bertemu dengan 1 Muharam 1444 Hijriah. Tentu ini disambut meriah oleh seluruh masyarakat Sumber Agung,” ungkap Sutris.
Dirinya juga menjelaskan mengapa tradisi ini bisa bertahan sampai sekarang.
“Tradisi ini mengajarkan kami akan arti kebersamaan, bergotong-royong, dan kekeluargaan. Bagaimana tidak, masyarakat dari rumah membawa bungkusan makanan lalu dikumpulkan dan kemudian dibagikan kembali secara acak. Sehingga kita akan mendapatkan bungkusan yang dibawa oleh warga lainnya dan harus menerimanya. Itu mengajarkan kebersamaan dan lapang dada,” jelas Sutris.
Dirinya mengungkapkan bahwa biaya acara diadakan secara gotong-royong.
“Kami bekerja sama dengan pemuda untuk menyelenggarakan acara. Mereka mendatangi dari rumah ke rumah meminta sumbangan kepada seluruh masyarakat Sumber Agung yang kemudian nanti akan dikolektifkan dan uangnya digunakan untuk membuat acara,” sambung Sutris.
Salah satu pemangku adat Kelurahan Sumber Agung, Hariyanto, menjelaskan bahwa tradisi sedekah bumi merupakan bentuk ungkapan syukur masyarakat kepada Allah atas semua rezeki yang diberikan.
“Pada hakikatnya acara ini sebagai rasa syukur kami kepada Allah Swt. Yang masih memberikan rezeki melalui buminya. Kami masih bisa makan dan bercocok tanam serta mengambil manfaat dari bumi-Nya. Untuk itu acara ini sebagai simbol bahwa kita harus selalu menjaga bumi karena bumi juga menjaga kita,” terang Hariyanto.
Sementara itu, Ketua Ikatan Pemuda Pemudi Sumber Agung (IPPSA), Antal Azizul Yamin, menerangkan bahwa acara tersebut merupakan rangkaian kegiatan dalam menyambut bulan Muharam.
“Kami awali dengan grebek suro dan sedekah bumi, lalu di malam 10 Muharam kami akan mengadakan pengajian serta Iktikaf untuk menyambut malam Asyura. Alhamdulillah kegiatan mendapat support dari masyarakat sehingga hal ini bisa kami rutin kan,” ungkap ketua organisasi yang masih di bawah naungan Karang Taruna tersebut.
Antal tak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang sudah membantu terselenggaranya acara tersebut.
“Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung, semoga Allah balas setiap niat ikhlas kita karena Allah. Kami berharap tradisi ini dapat terus dilaksanakan sebagai simbol kekompakan warga,” ujarnya menambahkan.
Lurah Sumber Agung, Seh Taslim, mengapresiasi langkah masyarakat yang masih bisa guyub di tengah gempuran era individualis saat ini.
“Saya sangat mendukung dan mengapresiasi langkah warga kami dalam melestarikan budaya ini. Ini adalah simbol keguyuban warga yang masih tetap kompak meski ada pengaruh budaya asing yang cenderung individualis. Semoga kegiatan seperti ini bisa menjadi pemersatu agar kita tidak berpecah belah,” tegas Seh.
Tradisi grebek suro atau yang biasa disebut sedekah bumi oleh masyarakat setempat ini akan diawali dengan membaca QS. Yaa-Siin terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan Ikrar Genduri. Ikrar tersebut merupakan ungkapan rasa syukur yang begitu besar kepada Allah SWT. atas semua rezeki yang diberikan-Nya pada tahun yang lalu. Ikrar dibawakan oleh tetua desa dengan menggunakan bahasa Jawa halus/kromo inggil.
Setelah itu masyarakat secara khusus berdo’a kepada sang pencipta agar dapat dilimpahi rezeki yang lebih banyak nan barokah di tahun ini.
acara diakhiri dengan pembagian ambengan yang biasanya dijadikan buruan oleh anak-anak.