TEORI EKOLOGI

 

Oleh: M. Arjuna Jaya Putra (23051120082)

(Mahasiswa ProgramSarjana Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang)

 

Teori ekologi merupakan sebuah teori yang menekankan pada pengaruh lingkungan dalam perkembangan setiap individu di mana perkembangan peserta didik merupakan hasil interaksi antara alam sekitar dengan peserta didik tersebut. Dalam konteks ini, interaksi antara peserta didik dengan lingkungan sekitar dinilai secara signifikan dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangannya. Teori ekologi perkembangan merupakan salah satu teori yang mencoba menguraikan pengembangkan pendidikan karakter anak dengan pendekatan ekologi.

Perkembangan teori ekologi menunjukkan adanya perhatian terhadap ketergantungan biologi dan sosiologi dalam kaitan hubungan antara manusia dengan lingkungannya, yang mana hal itu secara signifikan mempengaruhi pemikiran-pemikiran psikologi lingkungan. Dengan perkembangan teori ekologi, seseorang tidak dianggap terpisah dari lingkungannya, melainkan merupakan bagian yang integral dari lingkungannya.

 

Teori Ekologi lebih menekankan pada system lingkungan menurut Urie Brofenbrenner terhadap perkemban gan mengajukan bahwa konstek di mana berlangsung perkembangan individu, baik kognitif, sosioemosional, kapsitas dan karakteristik motivasional, maupun partisipasi aktifnya, merupakan unsur-unsur penting bagi perubahan perkembangan. Dalam teori ekologinya, Brofenbrenner menggambarkan lima kondisi lingkungan di mana perkembangan terjadi, yaitu mikrosistem, mesosistem, ekosistem makrosistem, dan kronosistem. Menurut Bronfenbrenner, dalam mengkaji suatu masalah berdasar teori ekologi maka harus melibatkan aspekaspek prediktor yang mewakili empat komponen, yaitukonteksmasalahnya, orangyang terlibat, proses, dan waktu.

 

Dari teori tersebut, penulis pernah mengamati di suatu lingkungan pesantren terdapat masyarakat yang awam akan pengetahuan agama. Tentunya dalam lingungan pesantren, santri juga bersosial dengan masyarakat dilingkungannya. Meskipun dalam pendidikan di pondok pesantren ditanamkan pengetahuan agama yang luas, tetapi karna lingkungannya kurang mendukung dalam proses penididikan tersebut, santri yang sering berbaur dengan masyarakat awam, dan mengikuti budaya-budaya mereka, seiring berjalannya waktu santri tersebut terganggu perkembangan psikologinya. Dari pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa lingkungan sangat berpengaruh dalam proses perkembangan psikologi seseorang.

 

Mikrosistem (microsystem) dalam teori ekologi Bronfenbrenner ialah setting dimana individu hidup. Konteks ini meliputi keluarga individu, teman-teman sebaya, sekolah dan lingkungan. Dalam mikrosistem inilah interaksi yang paling langsung dengan agen-agen sosial berlangsung, misalnya dengan orang tua, teman-teman sebaya, dan guru. Individu tidak dipandang sebagai penerima pengalaman yang pasif dalam setting ini, tetapi sebagai seseorang yang menolong membangun setting. Bronfenbrenner menunjukkan bahwa kebanyakan penelitian tentang dampak-dampak sosiokultural berfokus pada mikrosistem.

 

Mesosistem (mesosystem) dalam teori ekologi Bronfenbrenner meliputi hubungan antara beberapa mikrosistem atau hubungan antara beberapa konteks. Contohnya ialah hubungan antara pengalaman keluarga dan pengalaman sekolah, pengalaman sekolah dan pengalaman keagamaan, dan pengalaman keluarga dengan pengalaman teman sebaya. Misalnya, anak-anak yang orang tuanya menolak mereka dapat mengalami kesulitan mengembangkan hubungan positif dengan guru. Para ahli perkembangan mengamati perilaku dalam setting majemuk-seperti keluarga, teman sebaya, dan konteks sekolah-untuk memperoleh gambaranyang lebih lengkap tentang perkembangan individu.

 

Eksosistem (exosystem) dalam teori ekologi Bronfenbrenner dilibatkan pengalaman- pengalaman dalam setting sosial lain di mana individu tidak memiliki peran yang aktif mempengaruhi apa yang individu alami dalam konteks yang dekat. Misalnya, pengalaman. (*)

error: Maaf Konten Di Proteksi