Mengejutkan Bukan Dikutuk Sang Ibu, Inilah Fakta Batu Malin Kundang

 

Sumatera Barat, BLLG – Objek Wisata Batu Malin Kundang di hari Liburan Idul fitri ke -3 Ramai di kunjungi Wisatawan baik lokal maupun mancanegara, Rabu ( 04/05/2022)

Malin Kundang adalah salah satu cerita rakyat yang populer di tengah-tengah masyarakat. Namun, belum banyak yang tahu kalau batu Malin Kundang ternyata fiktif. Benarkah demikian?

Batu Malin Kundang dikenal oleh masyarakat karena dikutuk sang ibu.

Padahal, batu dengan kondisi bersujud tersebut ternyata bukan karena dikutuk.

Hanya saja, tak sedikit masyarakat yang terlanjur percaya dengan batu Malin Kundang tersebut.

Apalagi, dongeng Malin Kundang yang berasal dari Sumatra Barat sudah terkenal se-Indonesia.

Bahkan, cerita rakyat tersebut sering ditampilkan dalam bentuk teater atau pertunjukkan seni lainnya.

Menurut cerita turun temurun, Malin dikutuk sang ibu karena durhaka.

Dia tidak menganggap ibunya usai pulang merantau sambil membawa istrinya. Saat ibunya memeluk anaknya tersebut, Malin malah tak meresponnya.

Alhasil, ibunya kecewa dengan Malin karena tak menganggap ibu kandung di kampung halamannya.

Sang ibu pun berdoa pada Tuhan agar anak kandungnya tersebut mendapat hukum berat.Doa itu lantas dikabulkan Tuhan dan Malin berubah menjadi batu.

Nah, batu tersebut dipercaya sebagai Malin yang telah dikutuk atas permintaan ibunya.
Hal ini karena Malin tak menghormati orang tuanya tersebut.

 

Hanya saja, fakta lain menyebutkan kalau batu yang ada sampai saat ini ternyata bukanlah sosok Malin yang dikutuk.

Batu tersebut ternyata rekayasa dan merupakan hasil karya seni Dasril Bayras dan Ibenzani Usman.

Karya Seni sebagai Pengingat
Relief tersebut dibuat sebagai pengingat karena banyak pesan moral dalam cerita rakyat Malin Kundang.

Selain itu, fakta lainnya adalah bahwa batu tersebut untuk menarik daya tarik wisatawan.Hal ini karena Pantai Air Manis merupakan salah satu objek wisata di Padang.

Maka dari itu, pemerintah daerah setempat membuat batu yang menyerupai sosok Malin. Melansir tribunnews, sejarawan Universitas Andalas Padang Gusti Asnan mengatakan kalau kebenaran batu Malin itu tidak ada dalam sejarah.

“Dulunya itu batu biasa dan ada mirip kapal. Tapi sejak tahun 1980-an, batu tersebut dibuat oleh Pemkot Padang benar-benar mirip kapal dan orang bersujud,” kata Gusti Asnan.

Jadi, intinya bahwa batu tersebut adalah hasil rekayasa manusia yang diambil dari dongeng populer tersebut.(*)

error: Maaf Konten Di Proteksi
Exit mobile version