Asal Mula Goa Rujuk

 

Lubuklingggau, BLLG-Mitos-mitos yang hidup ditengah masyarakat itu bermacam-macam. Di Kel. Taba Baru, Utara I, Muara Cabang ada sebuah tempat yang bernama ‘Goa Rujuk’ yang belum banyak diketahui oleh masyarakat Kota Lubuklinggau.

 

Asal mula Goa Rujuk memang sudah ada sejak lama, tetapi belum pernah terbuka sama sekali. Sebenarnya, titik awal buka ini muncul dari salah satu ide warga untuk mengajak masyarakat muara cabang bergotong royong kerja bakti dalam membuka lahan Goa Rujuk yang dikira dapat berpotensi dijadikan pariwisata. Awalnya hanya sebatas hutan rimba, karena adanya kerja bakti dari warga disana terbentuklah batu-batu besar.

 

Tak hanya Goa Rujuk, nyatanya juga terdapat beberapa tempat yang posisinya sejajar dan diyakini memiliki arti tersendiri. Rangkaian tempat yang diyakini memiliki arti berawal dari Sungai Taklil, naik lagi Bukit Mayan Labu, turun lagi Goa Muslim, lalu Goa Rujuk, dan terakhir Bukit Awduri yang paling atas terdapat Makam.

 

Tokoh RT Setempat, Bambang mengatakan “Dalam artian jika Goa Rujuk itu diistilahkan sebagai tanda pisah dalam suami istri, lalu ada surah Taklil dalam acara nikah. Maka, setelah menikah lalu berpisah kemudian rujuk kembali, masuk muslim dan terdapat makam yang diyakini sebagai akhir dari segalanya,” ujarnya.

 

Sampai sekarang, belum diketahui lebih lanjut mengenai makam siapa yang terdapat di Bukit Awduri. Bukit Awduri berasal dari makna ‘Bambu Berduri’ yang berbentuk seperti gerbang yang di dalamnya terdapat makam. Tahun 1997, sempat terjadi kebakaran di Bukit Awduri pada kondisi cuaca kemarau 9 bulan. Anehnya, pada saat terjadi kebakaran makam itu tidak terbakar serta daun kering yang berada diatas makam pun sama sekali tidak ikut menyambar.

 

Dikisahkan, ada seorang warga yang bernama Bukhrin melakukan puasa sunah 40 hari mutih yang diberi petunjuk mengenai letak makam tersebut, sehingga diberi tanda batu nisan.

 

Masyarakat Muara Cabang sangat ingin sekali menjadikan Goa Rujuk ini sebagai salah satu Destinasi Wisata dan menjadikan salah satu sumber penghasilan warga disana. Keluhnya, warga Muara Cabang hanya bisa mampu untuk membuka lahannya saja, tetapi minim untuk modal biaya.

 

“Kami membuka ini dari awal tahun 2019, saat wisata tutup sementara dikarenakan Covid, masyarakat disini mulai membuka lahan,” tutur Bambang.

 

Terlepas dari hal-hal itu, Goa Rujuk adalah tempat yang eksotis. Pemandangan khas Goa dapat ditemukan batu-batu besar. Disana juga terdapat pemandian Raja Ratu atau yang dikenal sebagai Kali Bening. Air Kali Bening berasal langsung dari gunung, dan juga dapat dijadikan sebagai sumber mata air untuk minum. Tak hanya itu, di dalam Goa Rujuk pun terdapat Air Terjun yang indah.

 

Harapan masyarakat semoga Goa Rujuk ini dapat terbuka dan mendapatkan modal bantuan dari pemerintah. Jika ada modal maka warga Muara Cabang siap dalam membangun lagi akses Goa Rujuk dalam meramaikan daerah sini, serta meminta bantuan mengenai akses jalan, bersama-sama berusaha membangun dan menjaga demi perubahan yang ada.

 

Tertarik mengunjunginya? Untuk menuju lokasi tersebut kamu bisa menempuh perjalanan selama kurang lebih 20 menit dengan berjalan kaki dari permukiman rumah warga. (Pretty)

error: Maaf Konten Di Proteksi