Dalam era digital yang semakin masif, tak jarang kita menemukan akun-akun bodong yang berseliweran di berbagai platform media sosial, terutama Facebook. Mereka sering meninggalkan komentar pedas, tak jarang menebar provokasi hingga menimbulkan perselisihan di kolom komentar. Berbagai media telah lama melihat fenomena ini sebagai tantangan dalam mempertahankan reputasi mereka di tengah lautan netizen yang tak segan memberikan respons negatif. Namun, siapa sangka, bagi salah satu media lokal ternama, Berita Lubuklinggau, justru ada berkah tak terduga di balik semua itu.
Seperti petir di siang bolong, akun-akun bodong ini datang dengan berbagai komentar dan reaksi yang tak jarang bernada miring. Mulanya, tim media Berita Lubuklinggau merasa terganggu, bahkan hampir putus asa menghadapi gelombang komentar negatif yang tak kunjung reda. Namun, semakin banyak komentar dan respons yang berdatangan, semakin tinggi pula tingkat interaksi yang terjadi di setiap postingan mereka. Tanpa disadari, algoritma Facebook mulai membaca semua aktivitas ini sebagai sebuah indikator keterlibatan atau engagement yang tinggi. Akhirnya, Facebook pun melihat Berita Lubuklinggau sebagai salah satu platform yang menarik bagi penggunanya dan memberikan rekomendasi otomatis kepada pengguna lain untuk mengikuti halaman mereka.
Rekomendasi ini tak hanya meningkatkan eksposur Berita Lubuklinggau, tetapi juga secara perlahan meningkatkan jumlah pengikut. Berkat hal tersebut, semakin banyak pengguna yang menemukan konten Berita Lubuklinggau di beranda mereka, baik itu yang benar-benar tertarik maupun sekadar terpancing oleh diskusi panas yang sering kali dipicu oleh komentar akun bodong. Bagi Berita Lubuklinggau, hal ini bak durian runtuh. Peningkatan jumlah pengikut dan pembaca otomatis membuka peluang monetisasi, dan mereka pun akhirnya mulai mendapatkan pemasukan dari dolar melalui fitur monetisasi Facebook.
Kini, Berita Lubuklinggau telah melihat sisi positif dari kehadiran akun-akun bodong ini. Mereka menyadari bahwa tanpa komentar julid dan akun-akun anonim yang kerap memicu debat, mungkin saja engagement tidak akan pernah sepadat sekarang. Tim media ini kini memilih untuk memanfaatkan fenomena tersebut secara bijak. Mereka bahkan memperkuat standar moderasi dengan tidak melarang perdebatan selama sesuai dengan etika, sehingga engagement tetap terjaga tanpa mengorbankan integritas media.
Berkat perjalanan ini, Berita Lubuklinggau memahami bahwa keberhasilan di dunia digital kadang datang dari arah yang tidak terduga. Dari sekadar melihat akun bodong sebagai “pengganggu,” kini mereka bersyukur atas hikmah di balik kehadiran mereka yang justru membawa berkah dalam bentuk popularitas dan pendapatan. Kisah ini seolah menjadi pengingat bagi media lainnya bahwa ada banyak cara untuk mencapai kesuksesan, bahkan dari interaksi yang tampaknya negatif, jika dimanfaatkan dengan bijak.
Di sinilah hikmah dari akun-akun bodong benar-benar terasa—di balik keributan yang mereka ciptakan, ada peluang emas yang membuat media ini semakin kuat dan terus berkembang. (*)