Lubuk Linggau – Seni berbicara di depan umum atau public speaking sering kali dianggap sebagai kunci untuk memengaruhi orang lain. Namun, menurut Aipda Iwan Inpresi, SE, M.M, seorang polisi yang mahir dibidang praktisi komunikasi publik, kemampuan ini tidak selalu efektif dalam menyelesaikan masalah di masyarakat.
“Public speaking itu bukan hanya tentang bicara fasih atau menarik perhatian. Lebih dari itu, harus ada solusi nyata yang bisa langsung dirasakan oleh masyarakat,” ujarnya saat ditemui dalam sebuah diskusi publik di Kota Lubuklinggau.
Aipda Iwan mengungkapkan bahwa banyak pembicara fokus pada keindahan ucapan, tetapi gagal memahami inti persoalan masyarakat. Ia menekankan pentingnya pendekatan yang empatik dalam public speaking. “Seorang pembicara harus memahami masalah yang dihadapi masyarakat, turun langsung ke lapangan, dan merasakan apa yang dirasakan oleh mereka,” jelasnya.
Menurutnya, public speaking yang solutif memerlukan kombinasi antara analisis mendalam, penggunaan bahasa yang sederhana, serta kemampuan untuk menawarkan solusi praktis. “Masyarakat itu butuh tindakan, bukan sekadar janji manis atau retorika yang indah,” tambahnya.
Aipda Iwan memaparkan beberapa langkah agar seorang pembicara dapat menjadi penyelesai masalah:
1. Turun ke Lapangan
“Jangan bicara hanya dari data, tapi juga dari pengalaman langsung di lapangan,” katanya. Hal ini akan membuat solusi yang ditawarkan lebih relevan.
2. Gunakan Bahasa yang Mudah Dipahami
Ia menekankan pentingnya menyampaikan pesan dengan bahasa yang sederhana. “Hindari istilah teknis yang membuat audiens bingung,” tegasnya.
3. Libatkan Audiens dalam Diskusi
Menurutnya, pembicaraan yang efektif adalah dialog, bukan monolog. “Ajak masyarakat bicara, dengarkan masukan mereka, dan jadikan itu bagian dari solusi.”
4. Berikan Solusi Praktis dan Realistis
“Jangan sampai apa yang kita sampaikan hanya menjadi teori. Pastikan solusinya bisa diterapkan,” ujar Aipda Iwan.
5. Bangun Kepercayaan
Public speaking yang solutif harus didukung kredibilitas. “Masyarakat akan mendengar jika mereka percaya pada pembicaranya,” tambahnya.
Jika dilakukan dengan benar, public speaking dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk menyelesaikan berbagai persoalan di masyarakat. Aipda Iwan menekankan bahwa pembicara harus mampu membangun semangat kebersamaan dan memberdayakan masyarakat.
“Ketika pembicara mampu menyentuh hati masyarakat dan menawarkan solusi yang sesuai, maka public speaking bukan lagi sekadar seni berbicara, melainkan alat perubahan yang nyata,” katanya.
Di akhir wawancara, Aipda Iwan berharap semakin banyak orang yang menggunakan kemampuan berbicara mereka untuk membawa solusi nyata di tengah masyarakat. “Public speaking yang baik bukan soal keindahan kata-kata, tapi keberanian membawa perubahan yang berarti,” tutupnya.
Liputan: Tim Berita Lubuklinggau